Siswa Usia 10 Tahun Raih 25 Medali Kompetisi Nasional dan Internasional, Begini Cara Mendidik Sang Ibunda

6763fc0684d8e
Hubbiy Rasyadarya atau yang akrab disapa Hubbiy, siswa SD yang berhasil meraih 25 medali kompetisi di usianya yang baru menginjak 10 tahun. (Foto: Istimewa)

ZONALITERASI.ID – Di balik prestasi Hubbiy Rasyadarya, siswa SD berusia 10 tahun, yang meraih 25 medali kompetisi, ada sosok Sang Ibunda Hubbiy, Dini. Ia begitu intens memperhatikan perkembangan pribadi dan pendidikan putra tercinta.

Diketahui, Hubbiy meraih 25 medali dari berbagai kompetisi matematika, coding, dan piano, di tingkat nasional dan internasional.

Di tingkat internasional, Hubbiy telah berpartisipasi dalam 21 kompetisi dan berhasil meraih 5 medali emas, 9 medali perak, dan 5 medali perunggu. Prestasinya antara lain meraih medali emas dalam Design Thinking with Robotics and Computational Thinking International Competition (drCT) tahun 2024 dan global final pada 2023.

Kemudian medali emas dalam Singapore and Asian Schools Math Olympiad (SASMO) tahun 2024, medali emas dalam USA Copernicus Olympiad (Mathematics) dan Distinction award pada lomba Piano di The 11th Hongkong International Performance Arts Festival and Music Competition.

Sementara di kompetisi nasional Hubbiy telah mengikuti enam kompetisi nasional dan berhasil meraih dua medali emas dan dua medali perak. Prestasi antara lain medali emas dalam Kompetisi Sains Indonesia, Olimpiade Sains Nasional dan Gypsum English Olympiad pada tahun 2023. Kini, Hubbiy bahkan telah menguasai materi matematika tingkat SMP.

Terpantau Sejak Usia 1,5 Tahun

Menyikapi prestasi yang diraih Hubbiy,  Sang Ibunda, Dini, mengungkapkan, potensi besar dalam diri anaknya terpantau sejak usia 1,5 tahun. Dini dan suami pun memberikan dukungan penuh. Mereka mencarikan tutor yang tepat, yang tidak hanya bisa mengajar, tetapi juga memberikan tantangan baru dan memiliki visi yang jelas tentang perkembangan Hubbiy.

Namun, di balik gemerlap prestasi Hubbiy, juga tersimpan kisah perjuangan dan kegigihan karena jalan menuju kesuksesan tidak selalu mulus.

Hubbiy pun pernah merasakan pahitnya kegagalan dan tekanan kompetisi.

“Saya selalu mencoba mengajarkan Hubbiy untuk melihat kekalahan dari sudut pandang yang berbeda. Kekalahan bukan berarti gagal, tapi merupakan kesempatan untuk belajar dan berkembang. Ini adalah momen untuk mengidentifikasi gap kemampuan yang perlu ditingkatkan, bukan sebagai akhir dari segalanya,” kata Dini, dilansir dari Kompas.com, Rabu, 1 Januari 2025.

Dini memahami bahwa membangun mental juara pada anaknya adalah kunci penting karena ia tidak ingin Hubbiy terpuruk dalam kekecewaan saat menghadapi kegagalan.

Keyakinan spiritual juga ditanamkan Dini untuk memberinya ketenangan dan kekuatan untuk menghadapi setiap tantangan. Selain itu, Dini juga menanamkan dua nilai penting pada Hubbiy yakni consistency is key dan effort counts twice versus talent.

Ia ingin Hubbiy memahami usaha dan kerja keras sama pentingnya, bahkan lebih penting, daripada bakat alami. Dini pun juga menyadari pentingnya menjaga keseimbangan antara ambisi dan kebahagiaan anaknya.

“Saya percaya bahwa hidup adalah sebuah maraton, bukan sprint. Penting bagi Hubbiy untuk tetap menikmati masa kecilnya. Kalau dia capek, ya istirahat. Kalau bosan, ya main. Yang penting Hubbiy tidak burn out dan tahu tanggung jawabnya untuk kembali belajar,” ujar Dini.

Bagi Dini, kompetisi bukan hanya tentang menang atau kalah, tetapi tentang mendorong Hubbiy untuk terus berkembang dan melampaui batas dirinya. Dini melihat kompetisi sebagai sarana untuk mengasah kemampuan Hubbiy, bukan sekadar ajang untuk mengumpulkan piala.

“Saya ingin Hubbiy selalu mendapatkan tantangan baru. Kompetisi memberikan tantangan yang berbeda, yang memacu dia untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah yang lebih kompleks,” tutur Dini.

Anak yang Ceria

Bagi Anda yang ingin mengetahui bagaimana aktivitas yang dijalani Hubbiy sehari-hari, berikut tuturan siswa berkaca mata ini.

Menurut Hubbiy, kesehariannya memang  dipenuhi dengan berbagai kegiatan. Selain sekolah, ia juga mengikuti berbagai les, seperti  bahasa Inggris, matematika, renang, basket, coding, dan piano.

Namun, meski sibuk, Hubbiy tetap anak-anak yang ceria dan suka bermain. Ia sangat menikmati waktu bermain bersama teman-temannya di tempat les, terutama saat menunggu jemputan.

“Aku paling suka les bahasa Inggris karena banyak teman di sana. Kalau belum dijemput, saya bisa main sama mereka,” kata Hubbiy.

Selain bermain dengan teman-teman, Hubbiy juga suka permainan strategi seperti catur dan game online. Dua permainan itu menyalurkan minatnya pada pemecahan masalah dan berpikir logis.

“Selain belajar, aku suka banget main catur dan main game, terutama yang bergenre RPG dan strategi. Kadang-kadang juga ikut Papa main basket,” ujarnya.

Hubbiy memiliki mimpi besar untuk kuliah di Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat serta bercita-cita menjadi guru matematika dan pengusaha les coding.

“Aku bertekad untuk terus meraih prestasi. Aku percaya setiap orang punya potensi untuk berprestasi, asalkan kita mau berusaha dan pantang menyerah,” ucap Hubbiy. ***