ZONALITERASI.ID – Segala perilaku orang tua harus dilakukan secara hati-hati sebab akan memengaruhi tumbuh kembang anak, bahkan masa depan mereka.
Menurut para ahli cara berbicara dengan anak-anak dan cara berperilaku orang tua di sekitar mereka, dapat memengaruhi kepercayaan diri dan kekuatan mental anak. Hal ini diketahui bisa menentukan kesuksesan masa depan mereka.
Berikut ini lima hal yang sebaiknya tidak dilakukan orang tua jika mereka ingin membesarkan anak-anak yang sukses dan tangguh, menurut psikolog dan pakar parenting lainnya.
5 Hal yang Harus Dihindari Agar Anak Sukses dan Tangguh
1. Jangan Kesal Saat Anak Banyak Bertanya
Pada fase perkembangan anak, ada masa anak akan penasaran dengan banyak hal dan bertanya di mana pun dan kapan pun. Namun, pada kondisi tertentu, sering kali orang tua merasa kesal.
Alih-alih menunjukkan rasa kesal, pakar mengingatkan bahwa orang seharusnya menghindari itu. Sebab, saat anak banyak bertanya, penting untuk mendorong rasa ingin tahu anak. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak belajar lebih banyak dan mengingat apa yang mereka pelajari ketika mereka secara aktif merasa ingin tahu.
“Orang tua dari orang-orang berprestasi selalu menjadikan pembelajaran hal-hal baru sebagai prioritas. Dan karena mereka mengajari anak-anak mereka untuk menerima rasa ingin tahu, satu hal yang mereka anggap sangat serius adalah menjawab pertanyaan,” kata peneliti dan penulis buku asal Amerika Serikat, Dr Kumar Mehta, dikutip dari CNBC.
2. Jangan Memanjakan Anak
Orang tua sering kali berpikiran ingin membantu anaknya agar tidak kesulitan. Namun, alih-alih membantu, terlalu banyak membantu dan memanjakan justru membuat mereka cenderung tidak mengembangkan sifat-sifat seperti ketahanan dan ketekunan.
Padahal sifat ketahanan itu dapat membantu anak-anak menghindari hal buruk akibat stres saat dewasa. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tangguh biasanya memiliki kepercayaan diri untuk bangkit kembali dari kegagalan dan terus mengambil risiko yang diperlukan dan diperhitungkan.
Pakar parenting dan penulis lulusan University of California, Berkeley, Amerika Serikat, Esther Wojcicki, mengatakan, hal yang harus dilakukan orang tua adalah menetapkan ekspektasi yang masuk akal terkait tanggung jawab.
Misalnya dengan memberi mereka tanggung jawab atas tindakan tertentu sehari-hari seperti mengerjakan pekerjaan rumah atau memilih aktivitas sepulang sekolah.
“Semakin Anda mempercayai anak-anak Anda untuk melakukan segala sesuatunya sendiri, mereka akan semakin berdaya,” ujar Wojcicki.
3. Jangan Menunjukkan Reaksi Berlebihan
Sebagai orang tua, ada fase saat emosi mudah bereaksi secara spontan. Misal ketika anak mendapatkan nilai buruk di sekolah atau saat anak berselisih dengan temannya.
Dalam hal ini, orang tua harus melatih diri agar tidak bereaksi terhadap apa yang dialami oleh anak. Orang tua harus ingat bahwa nilai buruk atau perselisihan bukanlah akhir dari segalanya.
Jadi, meski orang tua khawatir dengan keadaan anak, pakar menyarankan untuk tidak menunjukkan kecemasan di hadapan anak. Sebab, anak-anak sangat mudah memperhatikan, dan sering meniru suasana hati dan perilaku orang tuanya.
“Penting untuk tidak terjebak dalam kecemasan,” kata psikolog perkembangan dan ahli parenting asal Amerika Serikat, Aliza Pressman.
Dia mengatakan, kecemasan yang diperlihatkan orang tua bisa berdampak negatif terhadap kesehatan mental anak-anak. Kondisi ini berpotensi melemahkan motivasi anak untuk sukses dan kepercayaan diri untuk mengambil risiko.
“Terapkan kalimat yang menenangkan pada diri sendiri, ambil waktu sejenak dan mengingat bahwa segala sesuatunya mungkin tidak seburuk yang Anda bayangkan,” saran Pressman.
4. Jangan Menghukum Jika Anak Gagal atau Melakukan Kesalahan
Belajar dari kegagalan adalah hal penting yang harus diajarkan orang tua kepada anak. Maka dari itu, menghukum anak karena melakukan kesalahan atau kegagalan adalah tindakan buruk.
Sebab, anak bisa menangkap pesan bahwa kegagalan adalah sesuatu yang memalukan, sehingga harus dihukum.
Alih-alih dihukum, beri dukungan kepada anak bahwa kegagalan atau kesalahan bisa untuk dipelajari. Ini akan membuat mereka bisa membangun kepercayaan diri.
“Anda dapat berbagi cerita tentang kegagalan atau kesalahan Anda dan cara Anda mengatasinya, atau contoh orang-orang sukses yang mengatasi kegagalan awal,” kata psikoterapis Amy Morin.
Menurutnya, anak-anak yang berprestasi di kemudian hari fokus untuk belajar pada apa yang salah dan bagaimana mereka dapat memperbaikinya. Sejak kecil, mereka memiliki pola pikir berkembang yang membantu mereka mengubah kegagalan menjadi pengalaman belajar yang positif.
5. Jangan Menunjukkan Pesimisme kepada Anak
Psikolog pendidikan dan pakar parenting, Michele Borba, mengatakan, keyakinan dan sikap yang ditunjukkan orang tua akan berdampak pada anak-anak mereka. Menurutnya, anak-anak yang optimis cenderung melihat hambatan sebagai kemunduran sementara yang bisa diatasi.
Penelitian menunjukkan bahwa sikap negatif yang berlebihan dapat menyebabkan anak-anak dan orang dewasa lebih mudah menyerah ketika keadaan menjadi sulit, dibandingkan berupaya menciptakan solusi. ***
Sumber: DetikEdu