Penguatan Karakter dalam Era ‘VUCA’

dadang supardan 62989e8073bf1
Kepala Bidang Pembinaan SD, Disdik Kabupaten Bandung Barat, Dadang A. Sapardan, (Foto: Dok. Pribadi).

Oleh Dadang A. Sapardan

DINAMIKA kehidupan terus berlangsung, sejalan dengan perkembangan zaman. Saat ini, kehidupan telah memasuki abad ke-21 yang diwarnai dengan kelahiran berbagai fenomena penyertanya. Keberadaan fenomena penyerta tersebut tentunya tidak dapat dikesampingkan atau dihindari begitu saja tetapi harus dihadapi dan disikapi dengan baik sebagai tantangan yang harus dilalui. Berbagai pihak, baik masyarakat maupun pemerintahan harus mampu menyikapi dengan berbagai strategi tepat, sehingga tantangan tersebut menjadi pemicu bagi bertumbuh dan berkembangnya masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik.

Pada kenyataannya, kehidupan abad ke-21 diwarnai dengan masuknya ranah revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0 serta kehidupan milenial. Keberadaan kedua warna kehidupan tersebut diperkuat pula dengan merebaknya pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk melanda Indonesia. Ketiga fenomena kehidupan tersebut melahirkan tantangan nyata kehidupan yang membutuhkan penerapan strategi tertentu dalam menyikapinya.

Keberadaan tiga fenomena kehidupan tersebut melahirkan akronim VUCA, seperti yang diungkapkan oleh US Army War College. Era VUCA sendiri merupakan akronim dari Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity.

Keempat istilah di atas, bila dipadankan dalam bahasa Indonesia menjadi gejolak/anomali, ketidakpastian, kompleksitas, dan ketidakjelasan/ambiguitas. Secara lebih simple, era VUCA telah melahirkan dinamika kehidupan dengan perubahan yang begitu cepat serta berbagai ketidakpastian yang tidak bisa diprediksi dengan mudah.

Era VUCA bukanlah penghambat bertumbuh dan berkembangnya kehidupan, tetapi menjadi tantangan tersendiri dalam kehidupan abad ke-21 yang harus disikapi oleh berbagai komponen masyarakat. Tantangan tersebut tentunya merambah pula pada ranah pendidikan. Seluruh pemangku kepentingan dalam ranah pendidikan harus menyadari adanya dinamika kehidupan ini, sehingga dapat secara cepat menyikapi kebijakan yang diambil dalam mengimplementasikan berbagai kebijakan pendidikan. Perhatian terhadap dinamika kehidupan ini harus dicurahkan sehingga seluruh kebijakan yang diterapkan dalam menumbuhkembangkan sumber daya manusia tidak mengalami salah arah. Tentunya, implementasi kebijakan tersebut tidak hanya dapat dilakukan oleh satu atau dua pemangku kepentingan semata, tatapi harus dilakukan secara gotong royong oleh seluruh pemangku kepentingan.

Sebagai ranah yang bergelut dengan penyiapan sumber daya manusia masa depan, pendidikan dengan satuan pendidikan sebagai ujung tombaknya harus menjadi ranah yang masuk pada gerbong pertama dalam menyikapi era VUCA. Kemampuan penyikapan terhadap era VUCA harus mendapat perhatian serius dari ranah ini sehingga kebijakan yang diterapkan tidaklah salah kaprah dalam penyiapan sumber daya manusia. Perlunya perhatian yang dibarengi dengan penyikapannya dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa fenomena tersebut telah menstimulasi terjadinya dinamika perubahan cepat dan ketidakpastian pada berbagai tatanan kehidupan.

Pertanyaan mendasar berkaitan dengan dinamika kehidupan pada era VUCA tersebut adalah bagaimana satuan pendidikan sebagai bagian dari ranah pendidikan dapat mengambil sikap atas fenomena ini, sehingga era VUCA dapat dilalui dan disikapi dengan baik?

Penguatan Karakter sebagai Langkah Strategis

Peserta didik yang menimba ilmu pada satuan pendidikan adalah karunia Allah SWT yang tak terhingga dan tak ternilai harganya. Keberadaan mereka pada satuan pendidikan, sudah selayaknya dimanfaatkan dengan optimal melalui cara mendidik sebaik-baiknya, sehingga akan bertumbuh menjadi sumber daya manusia yang tangguh dan dapat berkiprah pada kehidupan masa depan mereka. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan memberi penguatan kompetensi sikap melalui penguatan karakter, selain tentunya penguatan kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Ketiga ranah tersebut harus mendapat sentuhan yang proporsional dari setiap satuan pendidikan dalam pelaksanaan pembelajaran.

Penyadaran akan pentingnya perhatian optimal kepada peserta didik dari setiap satuan pendidikan perlu terus didorong. Kesadaran akan pentingnya perhatian terhadap mereka yang tengah berada pada masa bertumbuh dan berkembang itu patut menjadi core dalam berbagai kebijakan yang diterapkan oleh setiap satuan pendidikan. Mereka sedang berada pada moment penting dan terbaik dalam kehidupannya, terutama dalam pembentukan pondasi kehidupannya. Melalui kekuatan dan ketangguhan fondasi yang dimilikinya, mereka diharapkan akan bertumbuh menjadi generasi harapan masa depan sehingga dapat berkiprah dan berkontribusi positif dalam membangun bangsa dan negara ini ke arah yang lebih baik.

Dalam visi pendidikan Indonesia tersurat bahwa proses pendidikan mengarah pada mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebhinekaan global. Visi tersebut begitu sarat dengan muatan karakter yang harus dicapai oleh setiap peserta didik sebagai outcomes satuan pendidikan.

Secara kasat mata, visi pendidikan Indonesia merupakan kolaborasi dari pelahiran keterampilan abad ke-21 serta penguatan karakter. Bila merujuk pada dinamika kehidupan saat ini yang diwarnai dengan revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0, kehidupan milenial, serta pandemi Covid-19, pencapaian visi pendidikan Indonesia cukup berat. Setiap satuan pendidikan harus dapat menerapkan strategi kebijakan sistematis, terstruktur, dan masif dalam pencapaian visi tersebut di tengah era VUCA.

Pembinaan terhadap peserta didik merupakan kewajiban semua pihak, dalam hal ini kewajiban tri pusat pendidikan—satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Pembinaan sepatutnya diarahkan pula pada upaya untuk membentuk mereka sehingga akan bertumbuh dan berkembang menjadi sosok berkualitas, yaitu sosok yang sesuai dengan visi pendidikan Indonesia, yaitu tampilan sosok profil pelajar Pancasila.

Upaya yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mencapai visi tersebut tidak akan berdampak signifikan, manakala tidak terbangun kebersamaan di antara tripusat pendidikan. Kebersamaan tripusat pendidikan sangatlah dituntut, agar penguatan karakter dapat diimplementasikan secara optimal terhadap setiap peserta didik. Karena itu, sudah selayaknya, satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat mensinergikan ide dan pemikiran untuk turut menumbuhkembangkan karakter agar dapat mengkristal pada setiap peserta didik.

Implementasi penguatan karakter merupakan langkah yang harus mendapat dukungan optimal dari semua pihak dalam upaya penyiapan generasi masa depan bangsa. Implementasinya harus didasari dengan pemikiran bahwa pada masa mendatang, insan berkarakter baiklah yang dapat survive dalam menghadapi dinamika kehidupan yang diwarnai dengan perubahan cepat dan ketidakpastian dalam era VUCA.

Karena itu, alangkah baiknya bila kebijakan pendidikan yang diterapkan oleh setiap satuan pendidikan lebih ditekankan dan memberi penguatan terhadap penumbuhkembangan karakter yang pada akhirnya akan mengkristal pada diri setiap peserta didik. Upaya penumbuhkembangan karakter tersebut tidak akan berlangsung dengan baik—mengarah pada lahirnya profil pelajar Pancasila—bila tidak didukung dengan kebersamaan dari unsur tri pusat pendidikan. Karena itu, satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat harus bersinergi dalam mengimplementasikan penguatan pendidikan karakter di tengah era VUCA.

Simpulan

Abad ke-21 diwarnai dengan masuknya kehidupan pada ranah revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0, kehidupan milenial, serta merebaknya pandemi Covid-19. Ketiga fenomena kehidupan tersebut melahirkan tantangan nyata kehidupan yang membutuhkan penerapan strategi tertentu dalam menyikapinya. Keberadaan tiga fenomena kehidupan era VUCA, (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Keempat istilah di atas, bila dipadankan dalam bahasa Indonesia menjadi gejolak/anomali, ketidakpastian, kompleksitas, dan ketidakjelasan/ambiguitas. Secara lebih simple, era VUCA telah melahirkan dinamika kehidupan dengan perubahan yang begitu cepat serta berbagai ketidakpastian yang tidak bisa diprediksi dengan mudah.

Setiap satuan pendidikan dituntut untuk dapat menerapkan kebijakan strategis. Kebijakan yang mungkin dilakukan, salah satunya adalah penguatan karakter peserta didik. Strategi ini dimungkinkan dilakukan dalam upaya mengkristalisasikan karakter pada diri setiap peserta didik. Upaya penumbuhkembangan karakter tersebut tidak akan berlangsung dengan baik bila tidak didukung dengan kebersamaan dari unsur tri pusat pendidikan.

Karena itu, satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat harus bersinergi dalam mengimplementasikan penguatan pendidikan karakter di tengah era VUCA. ***

Dadang A. Sapardan, Kepala Bidang Pembinaan SD, Disdik Kabupaten Bandung Barat.