NEWS  

Pelatihan Jurnalisme Perbankan BRI-Dewan Pers, Kode Etik itu Hati Nurani

45a73024 a918 42e7 ac6d 92c2fba4b946
Pelatihan jurnalistik 'BRI Media Engagement Jurnalisme Perbankan Di Era Transformasi', di Hotel Grand Mercure Medan, Jumat, 7 Oktober 2022, (Foto: Istimewa).

ZONALITERASI.ID – Tak hanya kemampuan jurnalistik, wartawan ekonomi perlu memiliki pemahaman mendalam terkait bidangnya, salah satunya perbankan, agar berita yang ditulisnya benar dan akurat.

“Informasi bisa salah, bisa bohong. Tapi, berita tidak boleh salah. Berita yang benar itu dalam prosesnya jelas, dari proses mengolah sampai menyajikan, sehingga hasilnya benar-benar akurat,” ujar Wakil Ketua Dewan Pers, Muhamad Agung Dharmajaya.

Pernyataan itu disampaikannya dalam pelatihan jurnalistik ‘BRI Media Engagement Jurnalisme Perbankan Di Era Transformasi’, di Hotel Grand Mercure Medan, Jumat, 7 Oktober 2022. Pelatihan yang diselenggarakan Dewan Pers dan BRI ini dibuka oleh Regional CEO BRI Medan, Budhi Novianto.

Saat menyampaikan materinya bertema ‘Engagement Pemberitaan di Era Konvergensi Media’, Agung mengungkapkan banyaknya berita yang bulat-bulat dari rilis Humas, tanpa mengedit atau mengkonfirmasi lagi.

“Hasilnya hampir semua media, khususnya online menyajikan dalam bentuk yang sama, baik isi bahkan lead. Hanya dibolak-balik saja, dari atas ke bawah atau sebaliknya. Tak banyak perubahan,” terangnya.

Agak berbeda dengan media cetak, lanjut Agung, yang masih longgar waktunya sehingga bisa melakukan konfirmasi atau paling tidak menulisnya agak berbeda dari rilis yang diberikan pihak Humas.

“Itupun terkadang masih sama, kecuali melakukan investigasi khusus. Untuk berita investigasi, saat ini jarang terjadi kecuali majalah. Kini banyak sekali media online, kalau penyajian beritanya beragam alangkah baiknya,” tuturnya.

Agung menambahkan, hal yang sering dilanggar wartawan adalah tidak melakukan kegiatan jurnalistik dan tidak menggunakan credible source.

“Kerja jurnalistik bukan kerja Humas, pastikan harus konfirmasi lagi,” tegasnya.

Dia menyebutkan, wartawan kerap memanfaatkan media sosial sebagai sumber berita. Padahal, menelan bulat-bulat informasi dari media sosial berisiko terhadap akurasi berita yang disajikan.

Saat ini, ada 401 kasus pengaduan beragam yang diterima Dewan Pers. Dari jumlah itu, 286 kasus selesai ditangani dan 115 kasus dalam proses.

“Platform pengaduan 99 persen dari media online,” ucapnya.

Pelatihan jurnalistik Dewan Pers – BRI ini juga menghadirkan pembicara Komisi Hubungan Antar-Lembaga Dewan Pers, Totok Suryanto; Regional Operation Head BRI Medan, Barkah Mulyatno; dan Wapemred Kontan, Titis Nurdiana yang fokus membahas industri perbankan.

Komisi Hubungan Antar-Lembaga Dewan Pers, Totok Suryanto, mengatakan, tugas Dewan Pers menegakkan martabat. Modal pers itu profesional dan trust atau kepercayaan.

“Kalau mau konfirmasi, bekerjalah secara profesional dan beretika,” katanya.

Media, ungkap Totok, harus profesional dan dipegang oleh orang-orang yang profesional juga.

“Kode etik itu cuma satu, hati nurani,” ucapnya.

Wapemred Kontan, Titis Nurdiana, menuturkan, membuat berita perbankan harus dengan data yang akurat. Pasalnya, berita tanpa data bisa berakibat bank menjadi rush atau nasabah ramai-ramai menarik dananya dari bank, dan pada akhirnya ekonomi menjadi terganggu.

“Meskipun dengan data, tapi tetap menggunakan hati nurani, kalau berita ini dibuat efek ke publik seperti apa,” jelasnya.

Regional CEO BRI Medan, Budhi Novianto, mengatakan, insan pers sangat mendukung kinerja perbankan. Di tengah gempuran digital yang mengubah gaya hidup masyarakat, bank dituntut untuk melakukan terobosan.

Begitupun BRI yang meluncurkan aplikasi digital. Regional BRI Medan yang mencakup Sumatera Utara, terus mendukung kemudahan akses perbankan seperti realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Per Agustus 2022, KUR BRI mencapai Rp 8 triliun, dari target tahun 2022 sebanyak Rp13 triliun. Pinjaman KUR dari Rp. 25 juta sampai Rp. 250 juta.

“Semua KUR itu untuk pinjaman UMKM,” tutur Budhi.

Dia menambahkan, pinjaman Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) cukup baik pengembaliannya, di mana Non Performing Loan (NPL) cukup rendah di bawah 2 persen. (des)***