PIKIRAN manusia sering kali menjadi tempat berkumpulnya berbagai “sampah” yang mengotori kejernihannya. Sampah ini bisa berupa penyesalan atas masa lalu yang tak mungkin diubah, ketakutan akan masa depan yang belum pasti, rasa bersalah yang terus menghantui, kesedihan yang berlebihan, dendam yang membakar, atau rasa iri yang menggerogoti. Kadang, fokus kita teralihkan kepada kehidupan orang lain, melupakan bahwa hidup kita sendiri layak untuk diperhatikan. Pikiran yang terlalu sibuk dengan hal-hal di luar kendali juga menjadi penghalang untuk menikmati hidup.
Semua sampah tidak hanya merusak kebahagiaan, tetapi juga menghambat perkembangan pemikiran yang jernih. Seperti rumah yang penuh dengan tumpukan barang tak terpakai, pikiran yang penuh dengan “sampah” membuat sulit bergerak maju. Kita menjadi berat melangkah, terperangkap dalam lingkaran emosi negatif yang tak berujung. Padahal, hidup sejatinya adalah tentang menemukan kebahagiaan dan berbagi makna dengan dunia sekitar.
Kiranya perlu belajar melepaskan apa yang tidak penting. Penyesalan masa lalu, misalnya, hanya menjadi beban ketika terus kita bawa tanpa memetik pelajaran darinya. Masa lalu adalah guru, bukan rantai. Ketakutan akan masa depan pun sebaiknya dilihat sebagai pengingat untuk lebih bijak mempersiapkan diri, bukan sebagai momok yang mencegah untuk menikmati saat ini. Demikian pula, rasa bersalah atau kesedihan seharusnya menjadi pintu untuk refleksi, bukan penjara emosional.
Dendam dan iri hati adalah racun yang tak hanya merugikan orang lain, tetapi juga diri kita sendiri. Membiarkan hati penuh dengan emosi sampah, sama saja dengan menebar duri di jalan yang harus kita lalui sendiri. Sebaliknya, ketika kita memilih untuk memaafkan dan bersyukur, sejatinya kita sedang membersihkan jalan, mempermudah langkah menuju kehidupan yang lebih damai.
Untuk mencapai kebahagiaan, kita perlu mengalihkan fokus dari hal-hal yang tidak dapat dikendalikan menuju hal-hal yang dapat kita kontribusikan. Pikiran yang jernih bukan hanya memberikan kedamaian pada diri sendiri, tetapi juga memungkinkan kita untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Dengan berpikir positif, kita dapat menciptakan ide-ide yang membantu membangun masyarakat yang lebih baik dan berkontribusi pada kemajuan peradaban.
Hidup adalah kesempatan untuk berkembang, belajar, dan menciptakan dampak. Namun, kita hanya bisa melakukannya jika memiliki ruang dalam pikiran dan hati untuk menerima hal-hal yang baik. Bersihkan sampah di pikiran, dan biarkan diri menikmati kebahagiaan sejati. Bahagia bukan berarti hidup tanpa masalah, tetapi hidup dengan kemampuan untuk mengelola pikiran dan perasaan dengan cara yang sehat dan bijaksana. Karena sejatinya, kebahagiaan adalah tanggung jawab kita sendiri. ***
Suheryana Bae, pemerhati sosial, tinggal di Ciamis, Jawa Barat