SUNGGUH sering dan tak boleh berhenti bicara tentang edukasi. Selain karena asyik mendiskusikannya, kita pun bertanggung jawab atas kelangsungannya. Bukankah edukasi adalah untuk kita semua? Tak ada elemen apa pun yang tak berfaedah jika dikaitkan dengan dunia edukasi. Hidup tanpa edukasi mustahil adanya.
Jika demikian halnya. Maka pandanglah dia dari berbagai sudut. Karena penulis pun setuju bila keluarga adalah pusat dan cikal-bakal fondasi bangunan edukasi. Warga belajar, siapa pun berawal dari ibu-ayah tercinta. Lantas, kelompok bermain hingga area pembelajaran seharusnya dikelola secara mapan dalam kebersamaan. Saling support antara elemen terkait.
Anak, guru, masyarakat, pemerintah, dan kurikulum tak bisa dipisahkan secara utuh. Orangtua atau wali kiranya ada di dalamnya sebagai pelaku binaan, bimbingan, serta keteladanan.
Jika ini kita sadari, maka tak perlu adanya keraguan saat memilih sekolah atau kampus untuk belajar. Tak perlu ada saling tuding menyalahkan atau melemahkan satu sama lain. Misalnya, orangtua kecewa karena layanan guru atau sekolah yang tak sesuai harapan. Atau membandingkan dengan sekolah atau guru lain yang tak ada kaitannya dengan kelangsungan belajar anak kita. Nah, rasanya penting sekali agar unsur tadi bersama-sama menjalankan tupoksi sesuai tanggung jawab masing-masing.
Ketika anak kita sekolah di kampus X, maka sebagai orangtua harus paham karakter sekolah dan ornamen di dalamnya. Jadi tak perlu menyebar aib kampus jika ada, atau tak perlu muji-muji karena sekolah kita unggul. Terima saja semua itu sebagai tanggung jawab bersama. Di sinilah perlunya koordinasi, kolaborasi, dan kooperatif antara unsur-unsur di atas tadi.
Kiranya, masih banyak hal yang harus kita pelajari di saat hasrat kuat untuk memperbaiki kualitas edukasi negeri ini. Artinya, kita tak bisa mengelak untuk terus dan bersama-sama membicarakan edukasi sejak rumah hingga kelak mereka jadi alumni di masa depan.
Karena harapan out put yang bermutu berawal dari input yang sama-sama siap berefukasi untuk meraih prestasi terbaik.
Semoga. ***
Suryatno Suharma, pemerhati edukasi, tinggal di Parongpong, Bandung Barat