Refleksi tentang Kerja: Kenyamanan, Kesempatan Berkembang, dan Kebermanfaatan

Oleh Suheryana Bae

190620 584987108183052 570433365 n 584987108183052
Ilustrasi "Refleksi tentang Kerja: Kenyamanan, Kesempatan Berkembang, dan Kebermanfaatan". (Foto: Istimewa)

BEKERJA sering kali dimaknai sebatas aktivitas untuk mencari nafkah, mendapatkan penghasilan, dan memenuhi kebutuhan hidup. Namun, dalam perenungan yang lebih dalam, kerja memiliki dimensi yang jauh lebih luas dan bermakna. Kerja bukan sekadar rutinitas, melainkan proses yang menyentuh aspek fisik, intelektual, dan spiritual manusia. Dalam refleksi ini, aku menemukan bahwa setidaknya ada tiga unsur penting yang harus menjadi pertimbangan dalam bekerja yakni kenyamanan, kesempatan berkembang, dan kebermanfaatan.

Kenyamanan

Kenyamanan dalam bekerja bukan sekadar tentang fasilitas fisik yang memanjakan, seperti ruangan ber-AC, kendaraan dinas, atau gaji besar. Kenyamanan sejatinya lebih dari itu. Meliputi rasa tenteram yang muncul dari hubungan sosial yang harmonis, penghargaan terhadap martabat manusia, dan suasana kerja yang mendukung kesejahteraan psikologis. Tempat kerja yang nyaman adalah memberi ruang kepada individu untuk merasa dihargai, didengar, dan mengekspresikan diri tanpa rasa takut.

Hubungan antar-staf saling menghormati, komunikasi yang terbuka antara pimpinan dan bawahan, serta kebijakan yang adil menjadi faktor penting dalam menciptakan kenyamanan. Ketika suasana kerja penuh dengan penghargaan terhadap kemanusiaan, orang akan merasa rindu untuk kembali ke tempat kerja. Bekerja bukan lagi beban, melainkan bagian dari perjalanan hidup yang menyenangkan.

Kesempatan Berkembang

Kerja yang ideal bukan hanya memberi kenyamanan, tetapi juga menjadi ruang bagi individu untuk tumbuh dan berkembang. Perkembangan ini mencakup aspek keilmuan, keterampilan, dan kematangan emosional. Tempat kerja yang baik adalah tempat di mana setiap staf diberi kesempatan untuk belajar, berinovasi, dan memperluas wawasan.

Peluang mengikuti pelatihan, program pengembangan diri, atau bahkan diskusi informal di antara rekan kerja dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilan. Lebih dari itu, tempat kerja juga menjadi arena pembelajaran tentang kehidupan. Di tempat kerja, individu diasah kesabarannya, empatinya, dan kemampuannya dalam menghadapi konflik. Proses ini membuat seseorang tidak hanya semakin cakap secara profesional, tetapi juga semakin dewasa sebagai manusia.

Kebermanfaatan

Unsur ketiga yang tak kalah penting adalah kebermanfaatan. Bekerja bukanlah sekadar aktivitas menghabiskan waktu demi mendapatkan gaji di akhir bulan. Bekerja adalah kontribusi nyata bagi kesejahteraan, kemajuan peradaban, dan kemanusiaan. Setiap pekerjaan, sekecil apa pun, memiliki nilai jika dilakukan dengan niat baik dan kesungguhan.

Dalam pekerjaan yang bermanfaat, individu merasa bahwa keberadaannya membawa dampak positif bagi orang lain. Seorang guru yang mendidik anak-anak, seorang petani yang menanam padi, seorang petugas kebersihan yang menjaga lingkungan tetap bersih — adalah bentuk kontribusi yang memperkaya kehidupan bersama. Rasa kebermanfaatan inilah yang memberikan makna mendalam pada pekerjaan, melampaui angka-angka penghasilan per bulan.

Ketiga unsur ini — kenyamanan, kesempatan berkembang, dan kebermanfaatan — saling terkait dan membentuk ekosistem kerja yang ideal. Jika salah satu unsur hilang, pekerjaan akan kehilangan makna dan hanya menjadi rutinitas hampa. Sebaliknya, jika ketiganya hadir, kerja akan menjadi proses yang membangun tidak hanya individu, tetapi juga masyarakat dan peradaban.

Refleksi ini membawaku pada kesadaran bahwa pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang memanusiakan manusia. Ia memberi kenyamanan, membuka ruang bagi perkembangan, dan menghadirkan kebermanfaatan. Di masa pensiun ini, aku semakin memahami bahwa makna hidup terletak bukan hanya pada apa yang kita peroleh dari kerja, tetapi juga pada apa yang kita berikan melalui kerja. ***

Suheryana Bae, pemerhati sosial, tinggal di Ciamis Jawa Barat.