Lakukan Inovasi Saat Mengajar, Tiga Guru Bahasa Sunda Menerima Hadiah Hardjapamekas Tahun 2024

469946747 10234695256113411 4766526008426364122 n
Tiga guru dari jenjang SD, SMP, dan SMA mendapat penghargaan Hadiah Hardjapamekas Tahun 2024. Penghargaan diberikan pada perhelatan yang digelar di Aula Fakultas FPBS UPI, Jalan Dr. Setiabudhi Bandung, Rabu, 11 Desember 2024. (Foto: Istimewa)

ZONALITERASI.ID – Tiga guru bahasa Sunda dari jenjang SD, SMP, dan SMA mendapat penghargaan Hadiah Hardjapamekas Tahun 2024. Penghargaan diberikan pada perhelatan yang digelar di Aula Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Jalan Dr. Setiabudhi Bandung, Rabu, 11 Desember 2024.

Tiga guru penerima  Hadiah Hardjapamekas Tahun 2024 yaitu Cucu Unisah (Guru SDN 035 Soka, Kota Bandung), Ahmad Hadi (Guru Bahasa Sunda SMPN 3 Lembang, Kabupaten Bandung Barat, dan Siti Saleha Noer Fatonah (Guru Bahasa Sunda SMA Rancakalong, Kabupaten Sumedang).

Penerima penghargaan dipilih berdasarkan kriteria melakukan inovasi dalam memberikan pelajaran bahasa Sunda di tengah tantangan pengaruh budaya di era digital saat ini.

Hadiah Hardjapamekas merupakan penghargaan bagi guru bahasa Sunda dari Yayasan Kebudayaan Rancagé bekerja sama dengan Program Studi Bahasa Sunda Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) UPI. Tujuan diberikannya penghargaan ini yaitu turut mendorong semangat para guru dalam upaya memelihara dan mengembangkan bahasa, terutama melalui bidang pengajaran dan pendidikan.

Dekan FPBS UPI, Prof. Dr. Tri Indri Hardini, M.Pd., berharap, pemberian hadiah ini mendorong para guru lebih bersemangat dalam ngamumule Bahasa Sunda. Ini merupakan salah satu kewajiban dari para akademisi, guru, tokoh dan budayawan Sunda untuk melestarikan bahasa indung kepada generasi penerus.

“Pada kesempatan ini, saya juga mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada keluarga besar Sobri Hardjapamekas, Yayasan Rancage, dan seluruh pihak yang selalu terlibat dalam acara Pamasrahan Hadiah Hardjapamekas karena selalu konsisten memberikan apresiasi terhadap para guru pengajar bahasa Sunda yang senantiasa ngamumule bahasa Sunda,” kata Prof. Tri Indri, saat menyampaikan sambutan.

Perwakilan keluarga Hardjapamekas, Eddy Djuhdi Hardjapamekas, menuturkan, dasar pemikiran diberikannya hadiah Hardjapamekas yaitu untuk memelihara dan memperkaya bahasa Sunda. Di antara yang memiliki peran mengembangkan bahasa Sunda adalah para guru.  Mereka terus berjuang mengajarkan bahasa Sunda sehingga bisa bertahan sampai saat ini.

“Perjuangan para guru tersebut sangat layak mendapat apresiasi dan penghargaan, karena mengajarkan bahasa Sunda salah satu tugas yang mulia. Keluarga Hardjapamekas ikut mendukung dan mengapresiasi melalui hadiah Hardjapamekas. Nama ini diambil dari nama almarhum ayah kami, Raden Mohamad Sobri Hardjapamekas yang sangat besar perhatiannya pada bidang pendidikan,” ucapnya.

Pengalaman Mengajar Penerima Hadiah Hardjapamekas

Saat penyerahan Hadiah Hardjapamekas, penerima penghargaan Hadiah Hardjapamekas menyampaikan pengalamannya ketika mengajar.  Cucu Unisah, Guru SDN 035 Soka Kota Bandung, mengungkapkan, saat mengajarkan bahasa Sunda, di antara siswa banyak yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari bersama keluarga. Mereka banyak yang tidak mengerti pelajaran bahasa Sunda yang diajarkan di sekolah.

Menghadapi kondisi itu Cucu mengajarkan dan membiasakan siswa menggunakan bahasa Sunda dengan cara yang menyenangkan baik dengan gambar, games maupun kakawihan.

“Apalagi kalau mengajarkan anak-anak di tingkat kelas satu, mereka baru bisa mengerti jika pelajaran bahasa Sunda ini dilakukan dengan cara-cara menyenangkan,” kata Cucu.

Penerima penghargaan lainnya, Ahmad Hadi atau yang akrab disapa Hadi AKS, menuturkan, selain melengkapi metode pembelajaran melalui berbagai media seperti film dan buku, ia juga menjalin kedekatan dengan siswa dengan cara membiasakan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Sunda.

“Guru harus menjadi aktor di pelajaran, ketika guru masuk kelas dan bilang punya tebak-tebakan maka para siswa akan pasang mata pasang telinga. Padahal itu hanya untuk menghidupkan suasana kelas. Ketika saya mengajar, saya hanya berbekal gitar ke kelas dan mengajak para murid untuk bersajak Sunda. Ternyata dengan cara itu, sampai akhir pelajaran anak-anak meminta bersajak lagi. Akhirnya pelajaran bahasa Sunda jadi pelajaran yang dinantikan oleh para murid,” ucap Hadi. (des)***