Nadya Zhafira, Siswa MAN 1 Jember yang Baru Berusia 15 Tahun Lolos SNBP 2025 di Unair

67e1422d695e8
Nadya Zhafira, siswa MAN 1 Jember yang baru berusia 15 tahun diterima di jurusan terketat kedua Unair melalui SNBP 2025. (Foto: Dok. Unair)

ZONALITERASI.ID – Nadya Zhafira berhasil mencatatkan namanya sebagai salah satu peserta Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025 termuda. Nadya yang kini berusia 15 tahun adalah siswa kelas 12 MAN 1 Jember yang diterima di Program Studi (Prodi) Farmasi Universitas Airlangga (Unair).

Tak hanya menyandang predikat peserta termuda, Nadya juga diterima di prodi saintek terketat kedua pada jalur SNBP di Unair.

Nadya mengungkapkan, dia sangat senang dapat mewujudkan impiannya bisa kuliah di Universitas Airlangga, terutama di program studi favoritnya. Siswa asal Jember itu pun tak menyangka bisa diterima di perguruan tinggi negeri pada usia semuda itu.

“Ini adalah suatu kebahagiaan dan kebanggaan terbesar bagi diri, keluarga, dan sekolah saya. Jujur, saya tidak pernah menyangka bahwa saya bisa diterima di PTN melalui SNBP di usia saya yang masih muda ini,” ungkapnya, dilansir dari laman Unair, Selasa, 24 Maret 2025.

Alasan Memilih Prodi Farmasi

Pilihan Nadya untuk mengambil Prodi Farmasi bukan tanpa alasan. Sejak kecil, dia sudah tertarik pada dunia kesehatan dan bercita-cita berkontribusi dalam pengembangan obat-obatan.

“Saya memilih Program Studi Farmasi karena sejak kecil, saya sangat tertarik dengan bidang kesehatan. Farmasi adalah bidang yang menggabungkan ilmu pengetahuan dan kepedulian terhadap kesehatan masyarakat, sehingga saya merasa program studi ini adalah pilihan yang tepat,” ungkapnya.

Tidak hanya cerdas, Nadya juga dikenal sebagai sosok yang giat belajar. Ia mengikuti program akselerasi saat menempuh pendidikan dasar dan menengah. Sehingga, dia mampu menyelesaikan pendidikan lebih cepat dibandingkan rekan-rekannya. Menurutnya, kunci keberhasilan tersebut adalah semangat belajar tinggi dan strategi belajar yang efektif.

Meski begitu, Nadya menyadari bahwa tantangan terbesar yang harus dihadapinya adalah perbedaan usia dengan mahasiswa lainnya. Namun, Nadya tidak memandang hal tersebut sebagai hambatan, melainkan sebagai peluang untuk belajar dari teman-teman yang lebih dewasa.

“Tantangan terbesarnya mungkin perbedaan usia dengan teman-teman di kampus. Mereka pada umumnya sudah lebih matang dalam berpikir dan memiliki pengalaman sosial yang lebih banyak. Namun, saya melihat ini sebagai kesempatan untuk belajar dari mereka. Saya berusaha membangun komunikasi yang baik dan aktif mengikuti kegiatan kampus agar lebih mudah berbaur,” jelasnya.

Di balik kesuksesan Nadya, ada dukungan penuh dari kedua orangtuanya yang selalu memberikan motivasi dan fasilitas belajar. Ia juga merasa beruntung memiliki lingkungan yang mendukungnya untuk terus berprestasi. ***