Pasca-Idul Fitri, Nyalakan Semangat Badar

Oleh Dinn Wahyudin

Dinn Wahyudin
Dinn Wahyudin. (Foto: Dok. Pribadi)

IDUL FITRI adalah hari bahagia. Hari istimewa. Idul Fitri menjadi momentum penting guna melestarikan spirit Ramadan sampai Ramadan berikutnya. Idul Fitri adalah hari bahagia yang menyapa segenap umat Islam di berbagai penjuru dunia untuk mengumandangkan takbir dan tahmid. Allah Maha Besar. Tidak ada Tuhan melainkan Allah. Allah Maha Besar dan segala puji bagi Allah, Allah Maha Besar dan Maha Agung dan segala puji bagi Allah.

Idul Fitri momen untuk mengumandangkan kebesaran Allah SWT Sang Maha Rahman dan Rahim. Di sisi lain, Idul Fitri juga mengumandangkan takbir sosial. Hablum minnanas. Untuk berbagi dengan sesama, berempati, bersinergi, dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat berlandaskan religi dan kemasyarakatan.

Idul Fitri merupakan pesan langit yang mendarat di bumi. Bermula di kota Madinah 1 Syawal tahun ke-2 Hijriyah, bersamaan dengan tahun 624 Masehi. Itulah Idul Fitri pertama kali yang dilakukan Kanjeng Nabi Muhammad SAW bersama para sahabatnya di Kota Madinah Al Munawarah. Secara historis, pelaksanaan Idul Fitri tahun 1446 H. ini merupakan Idul Fitri ke 1444. Yaitu dihitung sejak pelaksanaan ibadah shaum Ramadan pertama dan Idul Fitri yang dilaksanakan pada tahun ke-2 Hijriyah atau tahun 624 Masehi.

Bulan Ramadan pertama telah dipilih oleh Allah dengan terjadinya peristiwa penting. Perang Badar yang sangat heroik. Perang Badar antara kaum muslimin dan kaum jahiliyah terjadi di pertengahan bulan Ramadan tahun 2 H.. Perang Badar inilah menjadi penciri bermulanya keruntuhan jahiliah dan tertegaknya syiar Islam melalui kalimah Allah.

Tampaknya api semangat Badar pada bulan suci Ramadan ini masih relevan untuk terus dipompakan pada masa kini. Ada tiga hal utama mengapa api semangat Badar masih relevan untuk terus ditumbuhkembangkan pada masa kini dan masa yang akan datang.

Semangat Badar

Perayaan Hari Raya Idul Fitri yang pertama kali dilaksanakan pada tahun ke-2 H. sampai sekarang Idul Fitri 1446 H.. Insya Allah akan terus berlangsung dilaksanakan oleh umat Islam di berbagai belahan dunia. Spirit Badar yang menjadi penciri Idul Fitri pertama lebih dari 14 abad lalu, tampaknya masih relevan untuk terus dipompakan pada masa kini. Paling tidak, ada empat hal penting mengapa semangat Badar masih relevan untuk terus dikembangkan. Nyalakan terus semangat Badar, sampai sekarang dan di masa yang akan datang.

Pertama, spirit Badar pasca-Idul Fitri merupakan komitmen diri sebagai hamba Allah untuk terus berupaya kembali ke fitrah. Kembali ke fitrah adalah konsep yang erat kaitannya dengan Idul Fitri. Setelah satu bulan penuh menjalankan ibadah di bulan Ramadan, umat Islam diingatkan untuk kembali ke keadaan yang suci, bersih, dan penuh ketakwaan. Ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga refleksi mendalam untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Berhamba secara sungguh-sungguh kepada Sang Kholik guna melaksanakan semua yang diperintahkan-Nya dan menjauhi semua yang dilarang-Nya. Kembali ke fitrah memiliki makna kembali ke kemurnian, kesucian, kembali ke asal, visi misi lahirnya ke dunia, dan tentang bekal apa setelah meninggal dunia.

Kedua, spirit Badar pasca-Idul Fitri memiliki makna untuk terus meningkatkan semangat fiisabilillah (berkhidmat di jalan Allah) dan menguatkan prilaku mujahid (berjuang di jalan Allah). Dalam konteks saat ini, semangat Badar memiliki untuk siap “berperang” melawan kebodohan dan keterbelakangan. Berprilaku mujahid dengan berupaya keras mempertahankan tauhid, kebenaran dan konsisten melawan kebathilan dan berjuang di jalan Allah.

Ketiga, spirit Badar pasca-Idul Fitri merupakan esensi betapa kolaborasi dan kerjasama harmonis sebagai dream team tangguh dalam memenangkan suatu pertempuran melawan kebathilan, kekufuran, dan ketidakadilan. Kolaborasi atau ta’awun (saling membantu dan bekerja sama dalam kebaikan). Spirit Badar adalah energi diri yang luar biasa untuk berkomitmen melawan kebathilan. Dalam perspektif global, spirit Idul fitri yang bercirikan peduli terhadap sesama, merupakan fondasi tumbuhnya kewargaan global (global citizenship) yang dilandasi oleh kepedulian sesama, saling menghormati, dalam merawat warga dunia yang damai, sejahtera lahir batin.

Keempat, spirit Badar adalah refleksi berserah diri kepada Sang Kholik disertai dengan bekerja keras dan belajar keras. Berserah diri (tawakkal) dan belajar keras (berusaha) adalah dua hal yang saling melengkapi, bukan bertentangan. Berserah diri setelah berusaha adalah kunci kesuksesan dan ketenangan hati. Dalam Al Quran Surah At Talaq 3, Allah SWT berfirman wa may yatawakkal ‘alallâhi fa huwa ḫasbuh, innallâha bâlighu amrih, qad ja‘alallâhu likulli syai’ing qadrâ. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah-lah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.

Dalam konteks kekinian, pasca-Idul Fitri diperlukan pribadi yang beriman, bertakwa, dan berbudi luhur dengan bercirikan pribadi yang mandiri, kreatif dan bernalar kritis untuk kemaslahatan bangsa. Spirit Badar kekinian merupakan komitmen untuk maju bersama dan memberi kemaslahatan bersama. Spirit Badar adalah komitmen diri menjadi pembelajar sejati. A long live learner yang memberi maslahat untuk umat. Rahmatan lil Alamin. Islam memberi rahmat untuk Alam semesta.

Dalam konteks di atas, esensi dalam memaknai pesan Idul Fitri, bukan sebatas pada pengungkapan rasa gembira karena berkesempatan berkumpul dengan keluarga, dan bisa saling memaafkan dengan handai taulan dan sesama. Spirit Idul Fitri juga mengekspresikan apa yang disebut dengan takaaful ijtimaa’i. Atau ibadah sosial, yaitu memelihara rasa peduli terhadap nasib orang lain. Maknanya pasca-Idul Fitri adalah bagaimana umat Islam, secara individu ataupun kelompok bergotong royong dan sabilulungan untuk terus mengedapankan kebersamaan atau ta’awun (cooperativeness) untuk saing membantu dan peduli dengan sesama. Itulah makna sustaianble Fitri, yaitu merawat kefitrian secara berkesinambungan sampai dengan datang bulan suci Ramadan dan Idul Fitri tahun mendatang.

Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, kullu ‘amin wa antum bikhair. Semoga Allah menerima shaum kita dan semoga kita senantiasa dalam kebaikan. ***

Dinn Wahyudin, Guru Besar Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) serta Wakil Rektor 1 IKOPIN University.