ZONALITERASI.ID – Kali ini, Zonaliterasi.id menerima kiriman 3 puisi dari Doni Hamdani, mahasiswa S1-Pendidikan Manajemen Perkantoran Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Ketiga puisi itu berjudul Prank Si Kancil, Di Titik Terendah, dan Waktu.
Puisi pertama, “Prank Si Kancil” tampaknya memotret sosok seseorang yang berkarakter seperti “Si Kancil” yang kerap kali digambarkan sebagai sosok yang pandai mengelabui dan cepat berpikir saat berada dalam keadaan terjepit atau dilematis. Puisi ini sebetulnya menyisakan pertanyaan besar bagi pembaca. Siapakan sosok yang digambarkan seperti kancil ini, lalu siapakah “kami” dalam puisi tersebut? Apakah pembaca merasa sebagai bagian dari “kami”?
Selanjutnya, pada puisi kedua, “Di Titik Terendah”, menggambarkan keadaan si Aku yang tengah didera berbagai terpaan hidup, sehingga bebar-benar seperti berada pada “Titik Terendah”. Namun, pada akhirnya Si Aku karena keimanan, dia dapat membebaskan diri dari berbagai persoalan (belenggu).
Sementara pada puisi ketiga, “Waktu”, penulis tampak mulai pandai memainkan kata dan rima. Diksi yang menggambarkan pergulatan hidup: singa liar, meradang, cakar, tampar, terkam. Puisi ini dipungkas dengan pengandaian yang berat dan permintaan entah, mustahil atau tidak …. (sfl)***
***
Prank Si Kancil
Entah ke mana kau lenyap
Semua orang menerka kau dimakan siluman
Pahlawan jingga, coklat dan bahkan warna-warni
Susah payah menyusuri rimba dan turun ke bawah jurang
Seperti mimpi di siang bolong
Ah! Kau tega kepada kami, kancil!
Kau melarikan diri dan sedang asyik minum kopi
Bukan lenyap oleh penunggu keramat
Kehilanganmu menggemparkan seisi alam
Kau kancil yang pandai menipu
Saat kami tahu kau baik-baik saja
Wajah kami harus ditaruh di mana, kancil?
Kau nakal! Kami akan meringkusmu.
Majalengka, 2021
***
Di Titik Terendah
Gelap gulita pandangan
Medan terjal membuat langkah sering gagal
Ingin rasanya akhiri perjalanan
Biar tak terasa lagi sakit ke seribu kali.
Berada di palung terdalam
Sarat melihat sinar dewi malam
Benar-benar penat
Hidup telah menenggelamkan asa
Begitu hebat memadamkan api yang bergelora.
Kekuatan terus dikerahkan
Membebaskan diri dari belenggu
Iman tempat berteduh terus merengkuh.
Majalengka, 2021
***
Waktu
1\
Jika terlena denganmu
Maka terbuai sudah aku
Lupa segala-galanya.
2\
Jika kuhabiskan kau untuk sia-sia
Maka dunia bukan lagi milikku
Sebab kegelapan merampas
Kebatilan mendarah daging dalam diri.
3\
Dunia sudah dipenuhi singa liar
Semakin hari ketakutan meradang
Saling cakar dan tampar
Tak jarang terkena terkam.
4\
Jika kau kekal
Maka aku akan tiada
Lalu kupinta lagi hidup untuk separuh waktu saja.
Majalengka, 2021
***
Doni Hamdani, lahir di Majalengka 11 Juni 2003 dari ayah seorang petani dan ibu seorang pedagang. Saat ini menempuh S1-Pendidikan Manajemen Perkantoran di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Beberapa puisi pernah dimuat di media massa dan antologi puisi bersama ‘Euphony di Atas Kertas.‘