BUDAYA  

Puisi-puisi Suheryana

FOTO SASTRA 28
(Ilustrasi: Kompas.com)

CATATAN SENJA

1

Lorong waktu.
Lorong-lorong kehidupan.
Kadang terang cemerlang, gulita, atau temaram.
Wajah-wajah cerah, kusut, kesal, marah, polos.
Kehidupan adalah misteri setiap orang. Petualangan setiap orang.
Kehidupan adalah pencarian setiap orang.
Bermakna bagi setiap orang.

Ada waktunya berubah.
Ada waktunya mengubah.
Ada waktunya menerima apapun.
Setiap orang memilih.
Memiliki keberanian dan keyakinan.
Setiap orang harus memperjuangkan kehidupannya dan bertanggung jawab atas
diri dan hidupnya.
Tak perlu puja puji
tak hirau caci maki

2

Engkaulah kekasih yang melahirkan anak zaman. Cinta sejati abadi sepanjang waktu.
Mengalungkan sajadah dan mengajar ibadah. Cintamu menyadarkan.
Bahwa dua hanyalah satu.
satu tidak dapat mendua.
dua tidak dapat menyatu.
Dan kecewa abai pada cahaya atau kegelapan
Kekasih ….
Diam-mu mengantar ke rumah Mahapencipta.
Karena Jarak mendekatkan pada DIA
Pada senja …
Saatnya mendekat Mahapencipta.
Kenangan, dendam,harapan, dan ketakutan terbawa angin atau terkubur bersama waktu.

3

Senja menjelang.
Langkah tak pernah henti.
TAPI ada saat aku merengkuh kemaren.
Karena jejak membayang

***

ABAD YANG BERLARI

1

menunggumu
adalah menunggu abad yang berlari
menunggu gerimis di musim kemarau
atau menunggu salju di hutan tropis
menunggumu adalah menunggu helipad
tak berjadwal
ketika kau tiba
aku tidak sempat melambaikan tangan
menunggumu adalah kesetiaan memupuk harapan
melepas bayangan di senja hari

2

Menjebakmu
di hembusan angin
tengah gelombang pagi menguning
seulas senyum
binar matamu
dan wajah yang memerah
tuntaskan kerinduan
menemani langkah
pada abad yang berlari

***

YA KAMU

1

Dalam binar cintamu
rerumputan hijau semata
tetumbuhan hanyalah bunga-bunga yang mekar
hujan rintik di rerimbunan ganesha
merekat tubuh kita dalam payung kecil yang tersenyum riang
Kekasih
bersamamu hanyalah keindahan
ruang dan waktu hanyalah tentang kau dan aku
Kau
Aku

2

Di hadapanmu aku tak bisa tegak.
Segala kesalahan.
Langkah di senja.
Serta ketakutan.
Membelengguku.
Di kakimu aku bersimpuh.
Rambut memutih.
Ketangguhan yang melemah.
Sejuta langkah salah.
Usia yang merangkak.
Mengalahkanku
Di depanmu aku tertunduk. Walau cinta bukanlah fisik.
TETAPI kecewa membayangi langkah.
Izinkan aku menyesal.
Tetapi tak hendak membebani dan menghukumi diri.
Aku ingin terus melangkah.
Dengan kemurahan dan sinarmu.
Hingga saatnya tegak


Suheryana terlahir di desa. Berangan menjadi penulis, penyair, atau novelis tetapi dalam perjalanan hidupnya tercatat sepuluh tahun mengabdi sebagai PNS di Timor Timur. Sekarang Asisten Administrasi Umum Pemda Pangandaran.

Respon (167)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *