Siapkan Siswa Hadapi Industri, SMKN 8 Bandung Libatkan Orang Tua dalam Pembinaan Fisik dan Mental Peserta Didik

Gambar1
Pemateri, Dr. Marlock, sedang memberikan pembekalan kepada peserta didik SMKN 8 Bandung, Senin, 16 Desember 2024. Siswa ditemani orang tua di sampingnya selama kegiatan Pembinaan Fisik dan Mental (PFM). (Foto: instagram @smkn8_bandung)

ZONALITERASI.ID – SMK Negeri 8 Bandung kembali menunjukkan komitmennya dalam mempersiapkan siswa menuju dunia kerja melalui program pembekalan bertajuk Pembinaan Fisik dan Mental (PFM).

Kegiatan tahunan ini mengintegrasikan pembinaan karakter, kesiapan fisik, dan mental siswa yang akan menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL). Tahun ini, program dilaksanakan selama tiga hari, melibatkan siswa, orang tua, tenaga pendidik, dan ahli/profesional sebagai pemateri.

“Kegiatan ini bertujuan mempersiapkan siswa secara menyeluruh. Tidak hanya keterampilan teknis, tetapi juga membangun mindset, disiplin, dan mental mereka untuk menghadapi dunia kerja yang kompetitif,” ujar Kepala SMKN 8 Bandung, H. Agus Nugroho, S.Pd., M.T., kepada Zonaliterasi.id, di sela pembekalan Pembinaan Fisik dan Mental (PFM), Senin, 16 Desember 2024.

Uniknya, PFM tahun ini mengusung pendekatan baru dengan melibatkan peran aktif orang tua. Para siswa diharapkan hadir bersama salah satu orang tua mereka untuk mengikuti sesi pembinaan karakter. Momen puncak dari sesi ini adalah saat siswa diminta memohon maaf kepada orang tua, menciptakan suasana haru yang mempererat hubungan keluarga.

Agus menuturkan, kolaborasi antara siswa, sekolah, dan orang tua adalah kunci utama untuk keberhasilan program ini.

“Kami ingin mengubah mindset orang tua juga. Kehadiran mereka dalam program ini diharapkan mampu memperkuat bonding keluarga sekaligus mempersiapkan anak menghadapi tantangan dunia kerja,” ungkapnya.

Dukungan ini bukan hanya dalam bentuk material, tetapi juga moral dan spiritual. Ketua Komite Sekolah, Dra. Rachmi Krisdiani, menyampaikan pentingnya kehadiran orang tua sebagai bentuk support system. Ia juga menyoroti bahwa kegiatan ini bukan sekadar pembinaan formal, tetapi bagian dari strategi membangun harmoni antara siswa dan keluarga.

“Ketika anak didampingi orang tua dalam sesi seperti ini, terjadi proses refleksi yang mendalam dan pembentukan karakter,” ujarnya.

“Orang tua memiliki peran penting dalam mendukung anak-anak mereka, baik secara moral maupun spiritual. Dalam program ini, kami ingin membangun kembali harmoni antara siswa dan orang tua agar terbentuk support system yang kuat,” sambung Rachmi.

Dirancang secara Komprehensif

Program PFM ini dirancang secara komprehensif untuk membekali siswa dengan berbagai keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja. Pada hari pertama, pembinaan difokuskan pada pembentukan mindset. Hari kedua diisi dengan pelatihan mental, seperti disiplin dan budaya kerja, bekerja sama dengan Resimen Mahasiswa(Menwa) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Sementara hari terakhir, siswa mengikuti kegiatan outbound di Cikole, Lembang, untuk memperkuat kerja sama tim dan dinamika kelompok.

Pembinaan ini tidak hanya mencakup penampilan dan komunikasi siswa, tetapi juga penguatan fisik yang mendukung ketahanan bekerja di lingkungan industri. Pelibatan Menwa UPI dalam sesi pelatihan disiplin dan baris-berbaris menjadi bagian penting dari pembentukan mental siswa.

“Kami ingin siswa memahami pentingnya disiplin dan etos kerja. Industri saat ini menuntut tiga hal utama: good looking, good speaking, dan good body,” jelas Agus.

Selain itu, pelatihan melibatkan alumni yang telah sukses di industri, HRD perusahaan, psikolog, hingga motivator. Kehadiran pihak-pihak tersebut diharapkan memberikan perspektif nyata tentang dunia kerja kepada siswa.

Keterlibatan Dr. Marlock/Gus Marlock sebagai pemateri turut menjadi sorotan. Ia dikenal berprestasi atas kontribusinya dalam penguatan pendidikan karakter SMK.

Marlock menyampaikan pesan penting tentang pentingnya dukungan orang tua dan kemandirian siswa.

“Orang tua harus memberikan restu dan mendidik anak untuk mandiri, karena di luar sana mereka akan menghadapi tantangan yang tidak ringan,” ujarnya.

Pria yang akrab disapa Gus Mar itu menyampaikan penghargaan tinggi atas terobosan SMKN 8 Bandung dalam mengadakan program Pembinaan Fisik dan Mental (PFM).

Menurutnya, pendekatan sekolah ini sejalan dengan konsep deep learning yang digaungkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam sesi ceramahnya, ia menyoroti pentingnya peran sekolah dalam mendekatkan siswa dengan orang tua melalui program seperti ini.

“SMKN 8 Kota Bandung memberikan terobosan dengan mendekatkan orang tua kepada anaknya. Ini adalah langkah yang sangat baik untuk menyiapkan generasi penerus bangsa,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa restu orang tua adalah elemen penting yang sering terlupakan di era modern.

“Di zaman sekarang, modal ijazah saja tidak cukup. Restu dari orang tua adalah bagian dari bekal kesuksesan anak di masa depan.”

Marlock memuji kepedulian sekolah dalam membangun hubungan harmonis antara siswa dan keluarga. Itu akan berdampak positif pada karakter dan kemandirian siswa.

“Langkah ini adalah bukti nyata dari keberhasilan SMKN 8 dalam menerapkan pendidikan karakter berbasis kolaborasi,” imbuhnya.

Respons Positif dari Siswa

Sesi pematerian di hari pertama mendapat respons positif dari para peserta. Salah satu siswa, Sulthan Tsaabit Athallah, mengungkapkan, momen sungkem kepada orang tua menjadi pengalaman yang paling berkesan.

“Sangat memotivasi untuk menjadi lebih disiplin, taat kepada orang tua, dan rajin,” ujarnya.

Salah satu orang tua siswa, M. Nurdin, mengungkapkan apresiasi terhadap program ini. Ia menilai kegiatan PFM sangat bermanfaat, terutama dalam membentuk mental dan kedisiplinan anak.

“Harapannya supaya anak bisa sukses dan mencapai tujuannya. Program ini membantu mereka lebih siap menghadapi dunia kerja,” katanya.

Ketua Komite Sekolah, Rachmi Krisdiani, mengatakan, kehadiran orang tua dalam kegiatan ini bukan sekadar formalitas, melainkan langkah untuk membangun dukungan moral yang kuat bagi anak. Ia menyebutkan, “Ketika siswa didampingi orang tua, mereka merasa dihargai dan diperhatikan. Ini memberikan dampak besar pada pembentukan karakter siswa.”

Para orang tua yang hadir juga menunjukkan antusiasme tinggi, bahkan meninggalkan kesibukan mereka demi mengikuti kegiatan ini sejak pagi. Ketua Komite menyampaikan rasa terima kasihnya kepada orang tua atas keterlibatan mereka.

“Kehadiran orang tua tidak bisa dinilai dengan uang. Ini adalah bentuk dukungan mental yang sangat penting bagi anak-anak kita,” jelasnya.

Pengalaman Siswa Saat  PKL Jadi Rujukan Evaluasi

Kepala SMKN 8 Bandung, Agus Nugroho, menuturkan, keberhasilan program ini akan dievaluasi melalui pengalaman siswa saat PKL. Evaluasi meliputi bagaimana siswa mengaplikasikan disiplin, etos kerja, dan keterampilan yang mereka pelajari.

Ketua Komite Sekolah menambahkan,  partisipasi orang tua dalam mendukung program ini menjadi indikator keberhasilan tersendiri.

“Semakin banyak orang tua yang hadir dan memberikan umpan balik positif, menunjukkan bahwa program ini berjalan sesuai harapan,” ucapnya.

PFM di SMKN 8 Bandung menjadi model pembelajaran berbasis karakter yang menekankan keseimbangan antara kompetensi teknis dan nilai-nilai kehidupan. Melalui pendekatan yang menyeluruh, program ini berkontribusi pada terciptanya generasi muda yang tidak hanya siap kerja, tetapi juga memiliki mental dan moral yang kuat.

Program ini mendapat dukungan penuh dari Komite Sekolah yang terus mendorong partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Rachmi, tanggung jawab pendidikan tidak hanya berada di tangan sekolah atau pemerintah, tetapi juga masyarakat, khususnya orang tua.

Ketua Komite menutup dengan pesan penting, “Pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah atau pemerintah. Orang tua dan masyarakat juga memegang peranan besar. Dengan kolaborasi yang baik, kita bisa mencetak generasi yang lebih siap menghadapi tantangan zaman.” (M. Mastiar)***