Oleh Agus Nurjaman, S.Pd.
Guru adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu tidak mesti di lembaga pendidikan formal tapi juga non-formal bahkan di rumah dan sebagainya.
HAKIKAT guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas guru tidak hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagi suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Guru dalam bahasa Jawa adalah menunjuk pada seorang yang harus digugu dan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakatnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid.
Sebagai guru harus ditiru, artinya seorang guru harus menjadi suri teladan (panutan) bagi semua muridnya. Guru harus memiliki komitmen dalam segala hal, karena jika tidak, niscaya akan melenceng dari semestinya “GuRu” (digugu dan ditiru). “Seorang pendidik hanya dapat memberikan kepada anak didiknya apa-apa yang dipunyainya”(Purwanto: 2004). Pendapat itu menjelaskan bahwa jika seorang pendidik atau guru itu sendiri sering berbuat sesuatu yang tidak baik atau salah terhadap siswanya maka akan sia-sia semua apa yang telah ia berikan kepada siswanya itu.
Dalam proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) tapi juga berfungsi untuk menanamkan nilai (value) serta membangun karakter (Character Building) peserta didik secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Tetapi juga senantiasa berperan sebagai Model dalam Pembelajaran. Karena guru mempunyai tugas dan kewajiban, tidak hanya mengajar, mendidik, dan membimbing siswa tetapi juga patut menjadi panutan dalam dunia pendidikan. Misalnya tepat waktu masuk kelas dan mengakhiri pembelajaran. Melaksanakan disiplin waktu pada program sekolah, misalnya tepat waktu mengikuti upacara bendera setiap hari Senin, mengikuti program sekolah lainnya, karena itulah sistem pendidikan yang diajarkan Rasullullah SAW. Ketika guru sudah mengabaikan hal kecil seperti itu niscaya generasi yang dihasilkan jauh dari harapan.
Pada era peralihan yang sangat tidak menentu seperti sekarang ini, siswa sangat mengharapkan guru yang ideal yaitu yang dapat memberikan keteladanan dan contoh-contoh perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari, serta bukti apa yang dikatakan guru tersebut pasti siswanya akan melakukan sesuai perintah tersebut. Guru yang baik atau teladan adalah guru yang ketika ia menyuruh siswanya untuk disiplin maka ia harus terlebih dahulu belajar untuk disiplin. Misalnya seorang guru memerintahkan siswanya untuk membuang sampah pada tempatnya, maka gurulah yang terlebih dulu mencontohkan untuk membuang sampah pada tempatnya. Seperti sebuah peribahasa yang sudah sangat ramah terdengar di telinga kita: “Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari”.
Jadi idealnya, guru harus selalu menjadi garda terdepan dalam melakukan kebaikan secara berulang-ulang, seiring waktu siswa akan terbiasa akan hal itu karena anak-anak selalu melihat dan mencontoh apa yang dilakukan seorang gurunya. Tetapi jika hanya mendengarkan saja pasti yang didengarnya itu akan terlintas sesaat kemudian akan hilang oleh perbuatan guru lainnya. Perilaku atau sikap guru akan memberikan warna tersendiri terhadap watak siswanya ke depan. Yaitu teladan yang ditunjukan oleh seorang guru akan lebih mudah dan cepat diserap atau melekat dalam perilaku siswa didiknya dibandingkan dengan materi mata pelajaran yang disampaikannya.
Untuk itu, menjadi seorang guru harus bisa dijadikan teladan oleh semua siswa didiknya. Mengetahui dan memahami tugas-tugas seorang guru yang baik dan teladan bukan hanya memberikan materi mata pelajaran saja tetapi memberikan contoh perilaku yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan akhlak dan perilaku siswa didiknya. Secara tidak langsung dalam hal ini posisi guru menjadi terhormat. Apalagi siswa sekolah menengah pertama yang sedang labil mencari jati diri, mereka butuh contoh konkret dan figur yang bisa jadi idola pada pembentukan karakter siswa.
Dengan demikian seorang guru dituntut mempunyai akhlaq terpuji, bersih lahir maupun batin, mengingat sosok guru cenderung ditiru oleh para muridnya. Jadi jika Anda hanya bisa mengajar tanpa memberi pelajaran budi pekerti serta akhlakul karimah, saya rasa Anda belum bisa mencap diri Anda sebagai seorang guru yang akan digugu dan ditiru oleh para muridnya. Dalam kondisi bagaimanapun peran guru tetap tidak tergantikan oleh unsur apapun. Pada saat ini kehadiran sosok guru menjadi sesuatu yang sangat dirindukan. Juga pada saat merebaknya Covid-19 di mana peran guru beralih pada orang tua, tidak bisa dipungkiri peran dan kiprah guru semakin diperhatikan. “Selamat Hari Guru. Engkau pahlawan tanpa tanda jasa”.***
Penulis adalah Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 1 Pasirjambu Kabupaten Bandung.