ZONALITERASI.ID – Dampak-dampak yang muncul selama pandemi Covid-19 harus dihadapi oleh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Bahkan, pascapandemi ini tantangan pembelajaran di PAUD menjadi lebih krusial.
Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kemendikbudristek, Iwan Syahril, mengatakan, pandemi Covid-19 telah memperlihatkan bagaimana sistem pendidikan menjadi rapuh, tidak terkecuali di PAUD.
Selama pandemi, lanjutnya, akses siswa menuju pembelajaran berkualitas menjadi terbatas. Kemudian ketimpangan sosial serta kemiskinan telah menghalangi siswa untuk mendapatkan pengetahuan di sekolah.
“Masih terdapat pekerjaan rumah berkaitan dengan pemulihan PAUD pascapandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan siswa maupun guru PAUD terhambat mengakses pendidikan yang berkualitas,” kata Iwan Syahril, dalam dialog dan konferensi tentang PAUD di Tingkat Asia Tenggara atau Southeast Asia Policy Dialogue (SEA PD) on Early Childhood Care and Education (ECCE) di Jakarta, Selasa, 25 Juli 2023.
Iwan menambahkan, di samping tantangan yang dihadapi, pandemi Covid-19 pada saat bersamaan telah memberikan peluang untuk berinovasi. Pemanfaatan teknologi digital kini tengah diupayakan oleh setiap negara, tak terkecuali Indonesia, agar pembelajaran berlangsung lebih interaktif dan terpadu.
Selain pemanfaatan teknologi, pembenahan kurikulum yang resilien juga tak kalah penting. Dia menekankan pentingnya kurikulum yang bisa merespons tantangan perubahan zaman dan inklusif.
“Kami terus berupaya melakukan modifikasi kurikulum agar responsif terhadap perkembangan zaman, menyusun metode pembelajaran bervariasi, serta membuka peluang kolaborasi yang melibatkan sektor swasta,” katanya.
Transformasi Pembelajaran
Dalam dialog tentang PAUD di tingkat Asia Tenggara itu, para menteri pendidikan dan pihak-pihak terkait dari negara-negara ASEAN bertemu untuk membahas transformasi pembelajaran.
Secara umum, dialog Kebijakan dan Konferensi Internasional PAUD itu ditujukan untuk penguatan program transisi PAUD ke SD sebagai upaya mengurangi mengatasi ketertinggalan masa belajar dan tumbuh kembang pada anak usia dini yang sempat diperparah oleh situasi pandemi Covid-19.
Salah satu narasumber dialog, pakar PAUD dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Vina Adriany, mengatakan, setidaknya akan dibahas 5 topik bahasan pada sesi paralel. Dialog tersebut, katanya, akan membahas seputar pendidikan pengasuhan anak universal dan transisi ke pendidikan dasar, pengaruh lokal dan global pada PAUD, PAUD holistik, dan terintegrasi.
“Kemudian membangun Ketahanan PAUD, dan Pendidikan Pengasuhan Anak,” ujar akademisi yang juga Direktur Southeast Asia Ministers of Education Organization Regional Centre for Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP) ini.
Di sela konferensi, Kepala Pengembangan dan PAUD Tanoto Foundation, Eddy Henry, menyampaikan tentang adanya perubahan strategi dari lembaga filantropi dalam mendukung PAUD pada saat ini. Dia menyebutkan ada 4 perubahan yang terjadi.
Pertama, dari pemberian amal berubah fokus pada dampak.
Kedua, dari terfragmentasi menjadi penyelarasan untuk skala besar dan dampak jangka Panjang.
Ketiga, dari bekerja sendiri menjadi kolaboratif atau memobilisasi berbagai jenis pendanaan (pemerintah, organisasi filantropi, lembaga pembangunan dan sektor swasta).
Keempat, dari dukungan keuangan saja menjadi pengembangan kapasitas dan bantuan teknis.
“Perubahan strategi ini turut mempengaruhi program untuk anak usia dini agar dapat tumbuh dan berkembang optimal,” katanya. (haf)***