Catatan Pensiunan 1: Mundur dari Sirkuit Humanis-Liberal

Oleh Suheryana Bae

428549 505078729507224 1056193642 n 505078729507224
Suheryana Bae. (Foto: Dok. Pribadi)

HIDUP dalam sirkuit humanis-liberal adalah balapan tiada henti. Kita semua berlomba dalam adu cepat untuk meraih prestise sosial, menumpuk kekayaan, menjaring popularitas, dan menorehkan sejarah keberhasilan. Setiap individu berlomba, tidak hanya dengan orang lain, tetapi juga dengan dirinya sendiri. Ini adalah perlombaan yang tak mengenal garis akhir, perlombaan yang terus berlanjut sepanjang hayat.

Waktu adalah harta yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Setiap detik sangat berharga dan tidak boleh disia-siakan. Istirahat sejenak, menikmati hidup, atau sekadar menikmati kebersamaan dengan keluarga dan teman menjadi hal yang langka. Sebuah kehidupan yang membuat kita merasa selalu dikejar-kejar oleh waktu, tanpa ada momen untuk berhenti dan menghela napas.

Setelah bertahun-tahun terjebak dalam perlombaan ini, aku memutuskan untuk mengundurkan diri. Tidak lagi membiarkan diri terperangkap dalam perlombaan yang tak ada akhirnya. Aku tidak ingin lagi membandingkan diriku dengan pencapaian orang lain, dengan mereka yang kaya, berprestasi, atau populer. Bagi mereka yang memilih untuk terus berlari, silakan lanjutkan perlombaan. Namun bagiku, semua itu kini tak lagi berarti.

Aku memilih untuk menjalani hidup dengan lebih perlahan. Aku ingin menikmati setiap momen dalam hidup, tanpa harus merasa terburu-buru. Konsep slow living dan minimalisme menjadi pilihan hidupku sekarang. Aku ingin kembali menikmati hal-hal sederhana. Duduk di teras sambil menikmati secangkir teh, membaca buku tanpa harus memikirkan tenggat waktu, ke surau, menonton youtube atau sekadar berbicara santai dengan orang-orang tertentu.

Tidak ada lagi perlombaan yang harus kuikuti. Aku tidak lagi merasa perlu untuk terus berlari, mengejar sesuatu yang sebenarnya tak pernah benar-benar dibutuhkan. Aku ingin hidup dengan lebih tenang, dengan lebih sedikit beban di pundak. Aku ingin merasakan keindahan hidup dalam kesederhanaan, menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil yang sering terlewatkan.

Mungkin bagi sebagian orang, pilihan hidup ini tampak aneh atau bahkan membingungkan. Namun, bagiku, inilah kebebasan sejati. Kebebasan untuk menentukan jalan hidup sendiri, tanpa terikat oleh standar atau ekspektasi yang ditentukan oleh orang lain. Inilah kebebasan untuk menjadi diri sendiri, menikmati hidup dengan caraku sendiri.

Akhirnya, aku menemukan bahwa hidup tidak harus selalu tentang berlari. Hidup juga bisa menjadi perjalanan yang dinikmati dengan perlahan, di mana setiap langkah membawa kebahagiaan yang sejati. ***

Suheryana Bae, pernah bekerja sebagai PNS di Timor Timur (Timor Leste), Pemkab Ciamis, dan Pemkab Pangandaran. Kini menikmati masa purnabakti di Ciamis Jawa Barat.