Catatan Pensiunan 4: Menemukan Kebahagiaan

Oleh Suheryana Bae

379499 584993091515787 1416969608 n 584993091515787
Ilustrasi "Catatan Pensiunan 4: Menemukan Kebahagiaan". (Foto: Dok. Pribadi)

PENSIUN sering kali dipahami sebagai masa istirahat setelah bertahun-tahun bekerja. Namun, bagi banyak orang, termasuk mereka yang telah mempersiapkan segala aspek kehidupan dengan baik, ada perasaan bahwa masih ada sesuatu yang kurang. Bukan sekadar kesibukan atau rutinitas yang dibutuhkan, tetapi makna yang lebih dalam dari setiap aktivitas.

Mengisi masa pensiun dengan aktivitas fisik seperti beternak atau berkebun tentu memberi manfaat bagi kesehatan tubuh dan pikiran. Begitu juga dengan membaca dan menulis, yang menjaga ketajaman intelektual. Sementara itu, ibadah dan refleksi spiritual menjadi landasan dalam menjalani kehidupan dengan lebih tenang dan penuh rasa syukur. Namun, meskipun semua ini sudah dijalani, ada kalanya seseorang merasa perlu sesuatu yang lebih dari sekadar aktivitas harian. Merasa ada kekosongan, hampa dan seolah kehilangan arah sehingga ada panggilan batin yang menuntun pada pencarian makna yang lebih luas.

Salah satu cara menemukan makna adalah dengan berbagi ilmu dan pengalaman. Puluhan tahun bekerja, tentu ada banyak pelajaran hidup yang bisa dibagikan kepada generasi muda. Hal ini bisa dilakukan dengan menulis memoar, mengajar, atau sekadar berbincang dan memberikan bimbingan bagi mereka yang membutuhkan. Berbagi bukan hanya tentang memberi, tetapi juga tentang menemukan kebahagiaan dalam melihat orang lain berkembang melalui pengalaman yang kita bagikan.

Selain itu, bergabung dengan komunitas yang memiliki minat serupa bisa menjadi sumber inspirasi. Diskusi yang mendalam tentang agama, sastra, atau psikologi membuka ruang bagi pemikiran baru dan memperdalam pemahaman. Bukan hanya tentang menambah wawasan, tetapi tentang menemukan kebersamaan dalam perjalanan mencari makna hidup.

Mengeksplorasi ide kreatif seperti menulis buku, esai, atau refleksi tentang kehidupan bisa menjadi bentuk ekspresi diri yang lebih mendalam. Melalui tulisan, seseorang bisa mengabadikan pemikiran dan pengalaman yang berharga, sekaligus memberikan sesuatu yang berarti bagi orang lain. Sebuah karya tulis tidak hanya menjadi catatan pribadi, tetapi juga warisan pemikiran yang tetap hidup.

Lebih jauh, ada ruang untuk memperdalam spiritualitas melalui refleksi dan kontemplasi. Bukan hanya tentang menjalankan ibadah secara rutin, tetapi juga menyelami makna di balik setiap ritual, memahami hubungan dengan diri sendiri, sesama, dan Mahakuasa. Kadang, dalam kesunyian dan perenungan, seseorang menemukan jawaban yang tidak bisa ditemukan di tengah kesibukan. Menemukan kedamaian dan kesejukan hati.

Makna hidup juga sering kali ditemukan dalam dampak yang diberikan kepada orang lain. Pensiun bukan berarti berhenti memberi manfaat. Ada berbagai cara agar aktivitas yang dijalani sekarang memiliki manfaat yang lebih luas. Mungkin dengan berbagi hasil panen kepada tetangga dan kerabat, mengadakan program kecil untuk memberdayakan komunitas, atau sekadar memberikan semangat dan inspirasi bagi orang-orang sekitar.

Pada akhirnya, makna bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya. Perlu dicari, digali, dan ditemukan dalam setiap langkah yang diambil. Pensiun bukan akhir dari perjalanan, tetapi babak baru untuk terus bertumbuh, berbagi, dan menemukan kebahagiaan. ***

Suheryana Bae, pernah bekerja sebagai PNS di Timor Timur (Timor Leste), Pemkab Ciamis, dan Pemkab Pangandaran. Kini menikmati masa purnabakti di Ciamis, Jawa Barat.