Literasi & Pesan Gua Hira

Oleh Dinn Wahyudin

16
Dinn Wahyudin, (Foto: Dok. Pribadi)

DI keremangan malam. Di pojok gua kecil Gunung Jabal Nur pinggiran kota Makkah. Periode awal sebelum tahun Kerosulan Nabi Muhammad SAW, sering datang ke gua tersebut untuk berdiam diri dan merenung (tahannuts). Itulah Gua Hira. Gua yang dipilih Rosululloh untuk melakukan perenungan, sampai pada suatu malam menjelang malam ke 17 Ramadan tahun 610 M, datang Malaikat Jibril menyampaikan pesan langsung dari Allah SWT.

Dalam gua yang sempit, di kegelapan malam yang sunyi, Nabi berada di dalam gua sendirian. Saat itu, Nabi sebagai manusia yang ummi, tidak mengenal huruf dan tidak bisa membaca. Tiba-tiba beliau dihentakkan oleh suara perintah “Iqra”. Bacalah. Perintah lisan dari Malaikat Jibril. Sebagai manusia biasa, peristiwa dramatis di kegelapan malam waktu itu, membuat sang Nabi merasa sangat kaget dan menggigil ketakutan. Jibril mengulang suara yang mengandung perintah membaca itu sampai empat kali. Nabi sebagai manusia ummi terus menjawab, “Ma ana biqari’. Saya tidak bisa membaca.

Wahyu pertama yang diterima Rosulluloh tersebut diabadikan dalam Al Qur’an Surah Al Alaq (segumpal darah). Iqra bismi rab bikal lazii khalaq. Khalaqal insanna min ‘alaq. Iqra wa rab bukal akram. Al lazii alamal bil qalam. Allamal insana mallam ya lam. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia. Yang mengajar manusia dengan pena. Yang mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.

Mengapa Tuhan mengutus malaikat Jibril untuk menemui seorang hamba yang ummi dan membawa perintah membaca?

Iqra atau baca merupakan perintah, seruan, dan tugas ilahiah yang ditujukan kepada seluruh manusia melalui kanjeng Nabi, dalam rangka menumbuhkembangkan peradaban manusia di muka Bumi.

Literasi Ilahiyah

Islam merupakan agama yang menekankan pentingnya literasi. Yaitu mengenalkan kata literasi dengan istilah iqra. Kata iqra adalah istilah Al Quran yang sangat komprehensif dan kompleks. Makna iqra sebagai perintah pertama Allah kepada Rosululloh SAW, memberi penekanan bahwa agama Islam adalah agama yang bercirikan ilmu pengetahuan. Iqra adalah ayat tentang ilmu pengetahuan. Makna iqra dalam Al Quran merupakan perintah literasi tentang Islam secara menyeluruh. Umat Islam dituntut untuk senantiasa mengenal Tuhannya. Hanya orang yang senantiasa ber-iqra, akan mengenal Tuhan. Mereka akan selalu dekat dengan Tuhan yang disembahnya. Orang yang ber-iqra akan selalu melakukan kebiasaan membaca, mengkaji dan menjadi umat pembelajar sepanjang hayat (long life learners) berdasarkan pada kalam Ilahi.

Makna iqra tak hanya mencakup membaca, menulis, berhitung, meneliti saja. Namun juga kemampuan menggabungkan dan menghasilkan hal karya baru (create). Itulah makna literasi ilahiyah, yaitu ikhtiar manusia dalam memaknai alam dengan segala isinya sebagai ciptaan Allah. Dengan demikian literasi ilahiyah menetapkan segala sesuatu atas izin Allah untuk kemaslahatan umat.

Pesan Gua Hira

Perintah Iqra atau gua Hira ini merupakan perintah Allah SWT kepada mahluk-Nya untuk senantiasa meningkatkan literasi. Umat Islam dituntut untuk terus ber-iqra. Ada sejumlah pandangan mengapa pesan gua Hira ini, patut terus dilestarikan dan menjadi pedoman bagi kemaslahatan umat dalam konteks kekinian dan di masa mendatang.

Pertama, pesan gua Hira merupakan pesan universal. Perintah ber-iqra identik dengan perintah untuk senantiasa melek baca tulis. Makna Iqra mengisyarat bahwa umat Islam harus berusaha memahami makna yang tersurat dan tersirat dalam Al Quran, termasuk membaca fenomena alam sebagai ciptaan-Nya. Semangat how to learn. Bagaimana mempelajari dan menerapkan pesan Al Quran dalam kehidupan sehari hari.

Kedua, pada era internet of things ataupun big data seperti saat ini, semangat iqra dan pesan gua Hira ini, patut menjadi acuan utama. Semangat ber-iqra pada hakekatnya menuntut umat manusia untuk terus belajar sepanjang masa (long life learners). Jangan menjadi pribadi santai atau generasi leha-leha yang malas belajar. Era big data saat ini antara lain bercirikan kelimpahruahan informasi. Informasi yang bermanfaat berbaur dengan informasi yang tidak bermanfaat. Di sinilah umat Islam dituntut untuk mampu memilah dan memilih. Literasi ilahiyah menjadi fondasi bagaimana umat Islam untuk terus istiqomah di jalan Allah dan tidak terbius dengan informasi yang menyesatkan. Informasi penuh hoaks yang bisa menjerumuskan.

Ketiga, pesan gua Hira merupakan pesan literasi Ilahiyah dari Tuhan kepada mahluk-Nya. Literasi ini menuntut adanya proses belajar berkesinambungan (continuum learning) agar seseorang bisa mengembangkan semua potensinya. Perkembangan peradaban manusia, tidak lepas dari kemampuan literasi membaca menulis dan numerasi masyarakat pada zamannya. Seiring dengan perkembangan literasi itulah, peradaban manusia terbangun. Yaitu peradaban manusia kontemporer yang dibangun atas dasar fondasi literasi ilahiyah. ***

Dinn Wahyudin, Guru Besar Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) serta Wakil Rektor 1 IKOPIN University.